Pernahkah anda mendengar keberadaan Kampung Banjarsari yang terletak di kawasan Cilandak Jakarta Selatan. Keberhasilan kawasan pemukiman ini menciptakan kawasan yang bersih dan asri tak terlepas dari manajemen pengelolaan sampah lingkungan yang di lakukan oleh para ibu - ibu di kawasan ini.
Sejumlah tehnik pengelolaan sampah dikembangkan sehingga sampah tak lagi menjadi limbah, namun bisa di manfaatkan untuk lingkungan. Pengolahan sampah ini, bisa ditiru warga Taman Asri.
Sampahku adalah masalahku, demikian slogan yang menjadi moto para kaum ibu PKK Banjarsari Cilandak Jakarta Selatan. Untuk menaruh perhatian pada lingkungan sejak tahun 1982. Sampah di sadari sebagai sumber masalah sehingga perlu diolah dengan baik.
Para ibu ini memulainya dari lingkungan keluarga dengan menerapkan prinsip 4 R yakni reduce mengurangi pemakaian bahan yang sulit dihancurkan, reuse pemakai ulang barang bekas kemasan, recycle mendaur ulang dan replain menanam kembali.
Sejumlah tehnik pengelolaan sampah dikembangkan sehingga sampah tak lagi menjadi limbah, namun bisa di manfaatkan untuk lingkungan. Pengolahan sampah ini, bisa ditiru warga Taman Asri.
Sampahku adalah masalahku, demikian slogan yang menjadi moto para kaum ibu PKK Banjarsari Cilandak Jakarta Selatan. Untuk menaruh perhatian pada lingkungan sejak tahun 1982. Sampah di sadari sebagai sumber masalah sehingga perlu diolah dengan baik.
Para ibu ini memulainya dari lingkungan keluarga dengan menerapkan prinsip 4 R yakni reduce mengurangi pemakaian bahan yang sulit dihancurkan, reuse pemakai ulang barang bekas kemasan, recycle mendaur ulang dan replain menanam kembali.
Adalah sosok Harini Bambang Wahono yang menjadi salah satu perintis pengolahan sampah di Kampung Banjarsari. Bahkan di usianya yang tak lagi muda kini, ia masih giat mengajarkan tehnik pengolahan sampah kepada warga agar sampah menjadi ramah lingkungan.
Kini mulai di kembangkan pengolahan dengan sistem ifektif makro organizam (IM). Dimana larutan tersebut di campur mulasis atau tetes tebu atau bisa juga gula pasir di dalam air tanah. Campuran ini di aduk merata pada sampah yang akan dijadikan pupuk. Teknologi ini memudahkan proses fermentasi dan cepat menjadi pupuk.
Bermula dari kesadaran dalam keluarga Banjarsari berubah menjadi kampung yang asri. Bahkan Banjarsari kini menjadi sekolah kilat pengolahan sampah organik yang ramai dikunjungi warga dari berbagai kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar