(tamanasriku.blogspot.com) - Warga Perumahan Taman Asri Larangan Ciledug Tangerang Banten meresahkan keberadaan penampungan sampah ilegal yang berlokasi tepat berdampingan di pemukiman warga. Selain menebarkan bau tak sedap, pembakaran sampah yang dilakukan setiap hari mengakibatkan suasana tak nyaman bagi warga sekitar. Selain warga kesulitan menjalankan aktivitasnya, beberapa anak-anak menderita sesak nafas karenanya.
"Anak saya menderita batuk berkepanjangan karena alergi. Menurut dokter, penyebab alergi itu karena asap," keluh Ny. Vivin. Bahkan anaknya yang kini berusia 6 tahun itu sempat menjalani terapi untuk menyembuhkan 12 macam alergen yang dideritanya. "Dokter menyarankan agar anak saya terbebas dari menghirup asap sampah," jelasnya. Selama belum terbebas dari asap sampah, demikian ia menambahkan, anaknya akan berpotensi menderita alergi, bahkan asma.
Selain illegal, penampungan sampah yang dikelola oleh pribadi itu menurut warga sangat tidak layak karena berada sangat dekat dengan pemukiman warga. Sehingga, bau tak sedap selalu menyebar di areal pemukiman. "Bila musim hujan, bau tak sedap yang kami rasakan, bila musim panas, asap yang dibakar menyebar di perumahan. Nafas kami jadi sesak," jelas Hari, warga yang telah 6 tahun bertempat tinggal di perumahan itu.
"Banyak warga yang akhirnya menutup ventilasi tumah mereka dengan plastik, namun karena pekatnya, asap masih masuk ke rumah warga," jelas Hari. Penutupan ventilasi itu juga berdampak pada pengapnya udara dalam rumah. "Kami sangat terganggu dengan keberadaan tempat pembuangan sampah itu," tambahnya.
Upaya persuasif warga terhadap pemilik lahan untuk tidak membakar sampah bukan tak pernah dilakukan. "Beberapa tahun lalu, atas inisiatif beberapa warga kami telah mendatangi pemilik lahan, tapi pembakaran sampah hanya berhenti beberapa saat saja. Beberapa minggu berikutnya, sampah kembali dibakar," papar Hari. (hn)
"Anak saya menderita batuk berkepanjangan karena alergi. Menurut dokter, penyebab alergi itu karena asap," keluh Ny. Vivin. Bahkan anaknya yang kini berusia 6 tahun itu sempat menjalani terapi untuk menyembuhkan 12 macam alergen yang dideritanya. "Dokter menyarankan agar anak saya terbebas dari menghirup asap sampah," jelasnya. Selama belum terbebas dari asap sampah, demikian ia menambahkan, anaknya akan berpotensi menderita alergi, bahkan asma.
Selain illegal, penampungan sampah yang dikelola oleh pribadi itu menurut warga sangat tidak layak karena berada sangat dekat dengan pemukiman warga. Sehingga, bau tak sedap selalu menyebar di areal pemukiman. "Bila musim hujan, bau tak sedap yang kami rasakan, bila musim panas, asap yang dibakar menyebar di perumahan. Nafas kami jadi sesak," jelas Hari, warga yang telah 6 tahun bertempat tinggal di perumahan itu.
"Banyak warga yang akhirnya menutup ventilasi tumah mereka dengan plastik, namun karena pekatnya, asap masih masuk ke rumah warga," jelas Hari. Penutupan ventilasi itu juga berdampak pada pengapnya udara dalam rumah. "Kami sangat terganggu dengan keberadaan tempat pembuangan sampah itu," tambahnya.
Upaya persuasif warga terhadap pemilik lahan untuk tidak membakar sampah bukan tak pernah dilakukan. "Beberapa tahun lalu, atas inisiatif beberapa warga kami telah mendatangi pemilik lahan, tapi pembakaran sampah hanya berhenti beberapa saat saja. Beberapa minggu berikutnya, sampah kembali dibakar," papar Hari. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar