(tamanasriku.blogspot.com) - Ny. Ellyana tak pernah menyangka sebelumnya, bahwa rumah yang dibelinya tujuh tahun lalu ternyata bersebelahan dengan lokasi pembuangan sampah yang dibakar setiap hari. Asap itulah yang kini membuatnya geram.
“Sejak lahir anak kami seperti dipaksa menghirup udara beracun,” ujarnya sambil menggendong anak laki-lakinya yang berusia sembilan bulan. Menurutnya, kata dipaksa sangat tepat karena pembakaran sampah itu disengaja oleh tangan manusia, bukan karena bencana alam atau kehendak Tuhan. “Ini perbuatan manusia yang tidak memiliki rasa toleransi,” ujarnya geram.
Tak mudah baginya untuk menyelamatkan anaknya dari serbuan asap sampah yang berasal dari tempat pembuangan sampah illegal di dekat Perumahan Taman Asri Ciledug Tangerang Banten. “Sampah itu dibakar setiap hari, itu artinya kami harus pindah kalau harus melindungi anak kami agar tidak menghirup udara beracun. Tidak mudah bagi kami untuk segera pindah,” katanya menjelaskan.
Setiap malam, bila kabut asap itu datang, sang anak tak bisa tidur tenang. “Selalu menangis karena sesak nafas, padahal semua ventilasi sudah ditutup, asap masih masuk,” jelasnya.
Bahkan ia sekeluarga pernah mengungsi ke rumah seorang temannya di perumahan lain, ketika kabut asap sangat pekat. “Saat itu asapnya sangat pekat. Kami sekeluarga susah bernafas dan mata kami pedih. Kami lalu memutuskan untuk mengungsi malam itu juga. Kami kembali lagi ke rumah keesokan hari,” akunya.
Ia hanya berharap, pemerintah Kota Tangerang segera melakukan tindakan tegas terhadap keberadaan lahan pembuangan sampah tak berijin dan berada terlalu dekat dengan pemukiman warga itu. “Pemkot harus memikirkan pengelolaan sampah dengan memperhatikan kondisi lingkungan,” ujar Ny. Ellyana berharap. (hn)
“Sejak lahir anak kami seperti dipaksa menghirup udara beracun,” ujarnya sambil menggendong anak laki-lakinya yang berusia sembilan bulan. Menurutnya, kata dipaksa sangat tepat karena pembakaran sampah itu disengaja oleh tangan manusia, bukan karena bencana alam atau kehendak Tuhan. “Ini perbuatan manusia yang tidak memiliki rasa toleransi,” ujarnya geram.
Tak mudah baginya untuk menyelamatkan anaknya dari serbuan asap sampah yang berasal dari tempat pembuangan sampah illegal di dekat Perumahan Taman Asri Ciledug Tangerang Banten. “Sampah itu dibakar setiap hari, itu artinya kami harus pindah kalau harus melindungi anak kami agar tidak menghirup udara beracun. Tidak mudah bagi kami untuk segera pindah,” katanya menjelaskan.
Setiap malam, bila kabut asap itu datang, sang anak tak bisa tidur tenang. “Selalu menangis karena sesak nafas, padahal semua ventilasi sudah ditutup, asap masih masuk,” jelasnya.
Bahkan ia sekeluarga pernah mengungsi ke rumah seorang temannya di perumahan lain, ketika kabut asap sangat pekat. “Saat itu asapnya sangat pekat. Kami sekeluarga susah bernafas dan mata kami pedih. Kami lalu memutuskan untuk mengungsi malam itu juga. Kami kembali lagi ke rumah keesokan hari,” akunya.
Ia hanya berharap, pemerintah Kota Tangerang segera melakukan tindakan tegas terhadap keberadaan lahan pembuangan sampah tak berijin dan berada terlalu dekat dengan pemukiman warga itu. “Pemkot harus memikirkan pengelolaan sampah dengan memperhatikan kondisi lingkungan,” ujar Ny. Ellyana berharap. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar